Ketika saya beranjak masuk SMP,saya memulai merasa kekuranagan kasih sayang orang tua. Ayah saya bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sedangkan ibu saya bekerja sebagai guru ngaji di majelis ta'lim yang satu ke majelis ta'lim lainnya. Saya di rumah hanya ditemani kakek, nenek, dan pembantu. Setiap hari saya selalu bermain bersama mereka, terutama nenek. Setiap saya mau makan nenek selalu mendampingi saya. Setiap saya mau tidur nenek selalu membacakan sholawat badar dan mengkipasi saya. Malah orang-orang menyebut saya ini anak nenek bukan anak ibu saya. Karena waktu bertatap muka saya dengan nenek lebih banyak dibandingkan dengan ibu saya sendiri.
Pada Oktober 2003, nenek mulai terserang penyakit liver. Mendengar berita itu saya sangat terkejut seperti tersambar petir. Nenek saya sempat dirawat di Rumah Sakit Tebet selama 2 bulan. Karena pelayanan di Rumah Sakit Tebet kurang memuaskan maka nenek dipindahkan ke Rumah Sakit MMC. Setiap saya pulang sekolah, saya selalu menyempatkan diri untuk ke Rumah Sakit. Karena saya ingin menghibur nenek. Sungguh saya sangat tidak tega melihat nenek saya diinfus dan tubuh nenek saya semakin hari semakin kurus. Suatu hari nenek meminta untuk dirawat di rumah saja karena dia sudah merasa bosan dengan suasana Rumah Sakit. Akhirnya keluarga pun mengabulkannya.
Satu hari sebelum ujian semester, nenek berpesan kepada saya untuk lebih giat belajar. Saya pun menjadi termotivasi mendengar perkataannya. Pagi hari setelah adzan shubuh, di Musholla diumumkan telah meninggal dunia "Ibu Hj. Ni'mah binti H. Muchtar". Saya langsung terbangun mendengar nama itu. Karena itu adalah nama nenek saya. Saya langsung keluar rumah dan berlari ke rumah nenek yang tak jauh dari rumah saya. Sampai-sampai saya lupa tidak menggunakan sendal saat keluar rumah. Di hadapan sang jenazah saya menangis sambil membaca Surat Yasin. Sayang, saya tidak bisa mengantarkan nenek ke tempat terakhirnya. Hal itu disebabkan karena di sekolah saya sedang Ujian Semester.
Pada Oktober 2003, nenek mulai terserang penyakit liver. Mendengar berita itu saya sangat terkejut seperti tersambar petir. Nenek saya sempat dirawat di Rumah Sakit Tebet selama 2 bulan. Karena pelayanan di Rumah Sakit Tebet kurang memuaskan maka nenek dipindahkan ke Rumah Sakit MMC. Setiap saya pulang sekolah, saya selalu menyempatkan diri untuk ke Rumah Sakit. Karena saya ingin menghibur nenek. Sungguh saya sangat tidak tega melihat nenek saya diinfus dan tubuh nenek saya semakin hari semakin kurus. Suatu hari nenek meminta untuk dirawat di rumah saja karena dia sudah merasa bosan dengan suasana Rumah Sakit. Akhirnya keluarga pun mengabulkannya.
Satu hari sebelum ujian semester, nenek berpesan kepada saya untuk lebih giat belajar. Saya pun menjadi termotivasi mendengar perkataannya. Pagi hari setelah adzan shubuh, di Musholla diumumkan telah meninggal dunia "Ibu Hj. Ni'mah binti H. Muchtar". Saya langsung terbangun mendengar nama itu. Karena itu adalah nama nenek saya. Saya langsung keluar rumah dan berlari ke rumah nenek yang tak jauh dari rumah saya. Sampai-sampai saya lupa tidak menggunakan sendal saat keluar rumah. Di hadapan sang jenazah saya menangis sambil membaca Surat Yasin. Sayang, saya tidak bisa mengantarkan nenek ke tempat terakhirnya. Hal itu disebabkan karena di sekolah saya sedang Ujian Semester.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar